Kata yang Tak Asing
- Deo Pambudi
- May 19, 2018
- 3 min read
Updated: Nov 19, 2018

Perkenalkan, nama saya Deo Pambudi, biasa dipanggil Deo. Saya adalah seorang mahasiswa semester 4, jurusan Teknik Perminyakan ITB. Akhir-akhir ini, saya sedang dalam masa belajar memahami sebuah kata. Sebuah kata yang sepertinya sering terlintas di pikiran dan sanubari kebanyakan mahasiswa. Sebuah kata yang bisa dibilang populer serta memiliki peran penting dalam perkembangan manusia dan keberlangsungan suatu organisasi. Sebuah kata yang tanpa kita sadari, hidup bersama kita sejak lahir. Yap, benar sekali. Kata tersebut ialah kaderisasi. Membahas kaderisasi memang bukan keahlian saya, seperti yang saya katakan diatas, bahwa saya masih dalam masa belajar tetapi akan saya coba jabarkan sesuai pengetahuan dan pengalaman saya.
Menurut KBBI, kaderisasi atau pengaderan adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Lalu apa itu Kader ? Menurut KBBI, kader adalah orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai, dan sebagainya. Jadi dapat dilihat bahwa kaderisasi itu bermacam-macam tergantung jenis organisasinya. Namun secara umum, kaderisasi dapat diartikan sebagai proses pendidikan jangka panjang untuk mengoptimalkan potensi-potensi kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya akan melahirkan kader-kader yang tangguh. Apabila, kita melihat dalam ruang lingkup perguruan tinggi, maka nilai-nilai yang ditanamkan adalah nilai-nilai yang dapat mewujudkan tri dharma perguruan tinggi.

Sebagai contoh, saya akan membahas sedikit mengenai kaderisasi di HMTM “PATRA“ ITB. HMTM ‘PATRA’ ITB adalah sebuah organisasi kemahasiswaan yang berbasiskan keprofesian di bidang teknik perminyakan. Kaderisasi di HMTM “PATRA” ITB diatur dalam sebuah dokumen bernama Grand Design Kaderisasi HMTM “PATRA” ITB. Dokumen ini menjadi koridor pembentukan kaderisasi kedepannya yang didalamnya terdapat nilai-nilai yang ingin dicapai.
Nilai-nilai yang diturunkan terbagi menjadi nilai primer dan nilai sekunder. Nilai primer merupakan nilai yang menjadi acuan utama kelulusan seorang calon anggota menjadi anggota HMTM PATRA ITB. Nilai primer sendiri dapat dibagi menjadi nilai afektif dan nilai kognitif. Nilai afektif merupakan nilai yang berhubungan dengan hubungan interpersonal dan intrapersonal. Tujuan dari nilai afektif yaitu membentuk keharmonisan dan kerjasama antar sesame individu sehingga terciptanya kondisi yang nyaman untuk bergerak bersama. Nilai tersebut yaitu kooperatif dan kepedulian. Sedangkan kognitif, adalah yang berhubungan dengan kemampuan intelektual. Tujuan dari nilai kognitif yaitu mengenalkan calon anggota kepada profil seorang “Cendekiawan Energi”.
Nilai Sekunder merupakan nilai yang hanya dikenalkan kepada calong anggota. Tujuannya yaitu membantu calon anggota memahami nilai primer. Nilai sekunder terdiri dari nilai kognitif dan afektif. Nilai kognitifnya yaitu berisi tentang kritis, kreatif dan solutif. Sedangkan nilai afektifnya, yaitu budaya patra.

Sewaktu saya menjalani proses kaderisasi di PATRA, saya merasakan bahwa memang penanaman nilai-nilai diatas tidaklah mudah. Dibutuhkan kesabaran, baik oleh pengkader maupun yang dikader. Pada saat itu, saya melihat kaderisasi di PATRA sangat memastikan bahwa nilai-nilai tersebut dapat disampaikan. Sehingga apabila dirasakan belum tersampaikan, maka akan ada tambahan periode kaderisasi. Kaderiasi di PATRA juga sangat variatif. Metode-metode yang digunakan sangat baik dan tidak membosankan. Seperti amazing race, mengunjungi mentor di taman-taman bandung juga studi kasus.
Sebuah organisasi tentu memiliki arah pergerakan, dan penggeraknya adalah anggotanya. Dalam hal ini, peran kaderisasi sangat krusial dalam kaitannya terhadap pergerakan organisasi. Mengapa demikian? Menurut saya, seorang anggota tidak dapat menentukan pergerakan apabila dia tidak mengetahui posisi, potensi dan peran yang dimilikinya. Oleh karena itu, sebuah kaderisasi memiliki peran penting agar para anggotanya dapat mengetahui dengan benar posisi dan perannya serta dapat mengoptimalkan potensi dari para anggotanya. Selain pergerakan individu, ada juga pergerakan bersama. Pergerakan bersama ini akan tercapai dan terarah tepat apabila si anggota memahami sejarah, tujuan, latarbelakang dari organisasinya. Selain itu, rasa kebersamaan dan memiliki antar anggota menjadi faktor penting dalam pergerakan bersama. Oleh karena itu, peran kaderisasi sangat penting dan kritis dalam sebuah organisasi dan harus dieksekusi secara matang.
Tantangan dari sebuah proses kaderisasi menurut saya ada dua. Pertama adalah, penentuan nilai-nilai yang mau ditanamkan dikarenakan dengan semakin berkembangnya zaman, tentu perlu dipikirkan kembali nilai-nilai apa saja yang cocok dan impactful kepada yang dikader. Ini menjadi tantangan bagi panitia kaderisasi untuk menganalisis kondisi yang ada. Kedua adalah, menyesuaikan metode penyampaian materi kepada yang dikader. Pemilihan metode yang kurang tepat dapat membuat ketersampaian materi tidak berjalan baik dan ini menjadi tantangan bagi pelaku kaderisasi untuk menentukan metode terbaik dengan melihat kondisi yang dikader.
Comments