top of page
Search

Awal Perjumpaan

  • Writer: Deo Pambudi
    Deo Pambudi
  • Nov 17, 2018
  • 2 min read

Updated: Sep 18, 2019


Pilotis Arsitektur ITB

Pagi itu bisa dikatakan adalah pagi yang tek pernah terbayangkan olehku. Sebuah pengalaman menyambut calon-calon penerus himpunanku untuk belajar dalam sebuah kaderisasi yang diciptakan dengan hati. Diriku bukanlah yang terbaik untuk menyambut mereka saat itu, tapi saat itu tak ada pilihan untuk tidak memberikan yang terbaik kepada mereka. Pagi itu kuucapkan kalimat-kalimat yang terangkai menjadi sebuah pesan yang bahkan aku pun tak sadar bisa membuat itu. Hahahaha. Terimakakasih atas pengalamannya Gorrion Chadatra serta angkatanku Pratisara Pramanoila.


Fantastis Di hari sabtu yang cerah ini Ku pandang matahari ditemani awan menjatuhkan sinarnya ke lantai bumi khatulistiwa Sambil melihat gerombolan insan Yang menjemput mimpinya di kampus ini

1871 ku yakin tuhan tak bermain dadu mengizinkan bangsa asing menemukan sang emas hitam di tanah Majalengka Mungkin itulah jalanNya tuk menjadikan si emas hitam kelak akan menjadi manfaat bagi pemilik tanah itu!

74 tahun setelahnya, pemilik tanah tersebut sadar!

1945, Laskar-laskar minyak mengorbankan nyawa, darah, harta dan air mata. Jambi, Prabumulih, langkat, ledok dan cepu tak main2 diserbu! Semuanya hanya satu Yaitu agar Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sekarang, beda cerita. Sudah 73 Tahun kita merdeka. Tapi tak kulihat ada laskar minyak disini!

Barangkali, selama ini, kita terdiam saja di pintu kemerdekaan Menunggu atau ditunggu kekecewaan pahlawan yg telah berjuang Tanpa janji kita menikmati kekayaan alam yg diberikan tuhan Penuh harapan Ia menitipkan sang emas hitam untuk kebermanfaatan

Tahukah kau di telingaku masih terdengar, teriakan harapan para laskar minyak. Yang walapun telah mati tapi semangatnya harus tetap berapi di setiap pegiat energi! Dan ku percaya kalianlah orang2nya!

Ku cari engkau hai laskar minyak!

Sekarang bangkitlah Ikat kembali dan rajut lagi tekadmu! Datanglah kini giliranmu! Bukan tuk membela diri sendiri! Tapi lebih dari itu, memajukan negeri ini!

Berulang kembali ku panggil namamu! Dimanakah engkau laskar minyak?

Ku harap laskar minyak itu ada didepanku! Tolong Katakan kepada mereka Bagaimana nantinya kau akan memimpin bangsa ini Bagaimana kau akan berjuang untuk keenergian negeri ini

Berkaryalah diatas bumi yang tak jua tidur Berkaryalah di tanah ibu pertiwi yang sedang menunggu putra-putrinya mengabdi Berkaryalah bersama-sama menerpa kerasnya batuan dibawah sana!

Siapa yang akan menggores tinta jingga di bumi ini? Siapa yang akan memperjuangkan kedaulatan energi negeri ini? Siapa yang akan menyambut tongkat estafet negeri ini? Siapa kalian Gorrion Chadatra?

Disini aku menanti!


Ya, begitulah kalimat-kalimat yang aku ucapkan pada saat itu. Cukup sulit menghafalnya karena juga dibuat pada malam terakhir. Terlihat banyak kalimat hiperbolis dan repetisi yang cukup berlebihan, maklumkan saja soalnya yang terpenting bagi aku saat itu adalah menggugah semangat mereka untuk melalui MPAB. Memang agak sulit untuk memenuhi ekspektasi pada tiap baitnya. Tapi setidaknya kita masih bisa berusaha dan melakukan hal-hal kecil yang membantu ekspektasi tersebut tergapai. Serta seperti kata pepatah “1 teladan lebih berharga daripada 1000 nasehat.’’

 
 
 

Comments


bottom of page